Memaknai Perayaan Tahun Baru
Bumi telah genap menyelesaikan perjalanan rutinnya mengelilingi
matahari. Itu artinya telah genap pula satu tahun terlewati. Banyak hal
terjadi, banyak peristiwa terlampaui. Suka, duka, canda, tawa, serta
lara menjadi warna-warni yang tak bisa dilepaskan dari setiap detik
kehidupan kita.
Perjalanan waktu adalah sebuah sunnatullah. Begitu pula setiap
pergantiannya. Maka tidak ada hal yang harus lebih kita sesali selain
hilangnya kesempatan mengambil pelajaran dari waktu yang telah berlalu.
Malam itu, suara meriah terompet bersahutan, petasan memekakan
telinga terus bergantian, suara kebut-kebutan motor juga tak mau kalah
meramaikan malam, semua orang berkumpul, laki-laki perempuan, anak-anak,
orang dewasa, semua bercampur. Mereka terlihat bahagia. Berpesta pora,
minum dan makan sepuasnya, berkeliling kota, menjadi agenda yang tak
bisa dilepaskan pada malam itu. Konon katanya, mereka sedang menunggu
detik-detik pergantian tahun baru.
Malam tahun barupun terlewati. Lalu mau apa? Hanya seperti itukah
cara kita memaknai pergantian tahun? Hanya seperti itukah? Lalu apa yang
kita dapat dengan melakukan itu semua? Adakah kita semakin bermanfaat?
Adakah kita merasa semakin hebat? Semakin sholehkah? Ataukah kita
semakin kaya?
Atau sebaliknya?
Bukanlah Muslim yang baik jika cara kita menyambut tahun baru masih
seperti itu. Muslim punya cara yang lebih santun dan terhormat dalam
memaknai pergantian tahun. Tidak seperti cara masyarakat kita hari ini
yang masih suka meniru-niru (bertasyabbuh) kebiasaan-kebiasaan orang
Yahudi dan Nashrani. Sedikit bercerita tentang terompet yang sering kita
tiup dalam pergantian tahun baru. Peniupan terompet, pada zaman dahulu,
digunakan oleh orang-orang Yahudi untuk merayakan kemenangan mereka
setelah bertempur melawan umat Islam. Peniupan terompet juga bagian dari
tata cara orang Yahudi dalam mengumpulkan masyarakatnya untuk
beribadah. Adakah kita masih mau mengikutinya?
Seperti kita ketahui bersama, musuh-musuh Islam tidak akan pernah
tenang jika melihat kenyataan bahwa masih ada umat Islam yang taat.
Mereka tidak akan rela Islam bangkit kembali. Berbagai upaya mereka
lakukan, termasuk mengaburkan identitas Islam pada para pemeluknya.
Mereka mencoba menghilangkan sisi kebanggaan seorang Muslim terhadap
kebenaran agamanya. Caranya bagaimana? Caranya adalah dengan
mengkampanyekan berbagai kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan
syariat Islam. Contoh riilnya adalah perayaan tahun baru.
Lalu bagaimana cara kita memaknai pergantian tahun baru ini?
Sebagai pemuda-pemudi muslim yang cerdas, agar kita tidak salah
langkah di tahun baru ini, maka kita harus menyimak bagaimana seharusnya
kita menyikapi momen yang satu ini.
Asal muasal perayaan tahun baru
Perayaan tahun baru masehi berasal dari praktik ibadah bangsa Romawi.
Kita ketahui semua, bangsa Romawi adalah bangsa yang menyembah matahari
berkenaan dengan gerakan matahari. Pada musim dingin, matahari tidak
menyinari Romawi, mengingat Romawi terletak di bumi bagian utara. Musim
dingin di romawi terjadi pada akhir bulan Desember, dari tanggal 22-26
desember, matahari hanya menyinari bumi bagian selatan, maka dari itu
pada tanggal itu, matahari di Romawi seolah “mati”. Matahari akan
kembali muncul pada tanggal 25 Desember sampai tanggal 5 Januari, dan
puncaknya adalah pada tanggal 1 Januari, masyarakat Romawi merayakan
tanggal 1 Januari sebagai tanggal “kembalinya matahari baru”.
Romawi merayakan “kembalinya matahari baru” ini dengan
bermabuk-mabukan, main perempuan, berjudi, dan tindakan keji lainnya.
Hampir sama dengan apa yang terjadi pada zaman sekarang. Tanggal 1
Januari juga diperingati oleh umat Nashrani sebagai Hari Peringatan
Penyunatan Yesus (The Circumcision Feast of Jesus).
Pandangan Islam tentang Perayaan Tahun Baru
Setelah tahu sejarah dan asal muasal perayaan tahun baru, akankah
kita masih mau ikut merayakan tahun baru seperti kebanyakan orang
merayakannya saat ini?
Sebagai sesama Muslim, penulis hanya ingin menyampaikan bahwa
perayaan tahun baru dan turunannya bukanlah berasal dari Islam.
Percayalah, itu murni budaya orang Romawi dan Nasrani. Mereka selama ini
mengekspose dengan luar biasa perayaan tahun baru, mengeluarkan beratus
juta untuk meramaikaanya, tidak lain tujuannya adalah ingin menggempur
kebudayaan orang-orang Islam dan menggantikannya dengan budaya Barat
yang mereka agung-agungkan.
Mereka membungkus perayaan tahun baru dengan sangat cantik. Kaum
Muslim dibuat senang dengan perayaan tahun baru ini, mereka dibuat lupa
dan tidak sadar bahwa selama ini kaum Barat sedang berusaha melunturkan
identitas dan budaya keislaman kita, perlahan demi perlahan.
Mengenai hukum perayaan tahun baru, sebagian besar ulama sepakat
bahwa perayaan tahun baru hukumnya haram, sebagian lagi memakruhkannya.
Hukum ini didasarkan pada sifat perayaan tahun baru yang cenderung tidak
bermanfaat dan membuang-buang waktu serta harta. Tentang ini Allah SWT
berfirman dalam al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 72:
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan
apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan
menjaga kehormatan dirinya.”
Ulama-ulama salaf seperti Ibnu Sirin, Mujahid, dan ar-Rabi’ bin Anas
menafsirkan kata “az-Zuura” dalam ayat tersebut sebagai hari besar orang
kafir. Itu atinya, kalau sampai seorang Muslim ikut merayakan perayaan
tahun baru masehi berarti dia telah melakukan persaksian palsu terhadap
hari-hari besar orang kafir. Naudzubillahi min dzalik.
Cara Muslim Memaknai Tahun Baru
Kita telah menyadari bahwa perayaan tahun baru tidaklah ada
manfaatnya bagi diri kita. Maka dari itu, tidaklah pantas bagi kita
seorang Muslim yang sudah mengetahuinya untuk tetap mengikuti perayaan
tahun baru dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk memaknai pergantian tahun baru ini?
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk memakanai pergantian tahun kali ini:
- Muhasabah
Penghujung waktu adalah momentum yang tepat bagi kita untuk
mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama setahun yang lalu.
Prestasi apa yang sudah kita capai, karya apa yang sudah kita hasilkan,
produk apa yang sudah kita buat, bagaimana perjalanan kuliah kita,
bagaimana hubungan dengan keluarga, bagaimana kulaitas ibadah-ibadah
kita, semuanya perlu kita evaluasi. Bukan untuk mengenang segala hal
baik atau hal buruk yang telah dialami, akan tetapi untuk mengambil
pelajaran dari semua itu, dan kita jadikan pijakan untuk langkah kita ke
depan. Langkah untuk menuju pribadi Muslim yang lebih baik.
- Rihlah
Terkadang kita sering terlarut dalam rutinitas kesibukan sehari-hari.
Saking sibuknya, kita lupa akan hak-hak tubuh pikiran dan jiwa kita
yang kadang terlupakan. Wahai pemuda Muslim, relaksasika sejenak
otot-otot kita yang kaku, jiwa-jiwa yang penat, dan pikiran-pikiran kita
yang sudah jenuh dengan rihlah (piknik/liburan). Ini baik untuk
kesehatan jiwa dan pikiran kita.
- Memperdalam wawasan keislaman dan ilmu lain
Salah satu kunci penting bangkitnya umat Islam pada zaman dahulu
adalah berkembang pesatnya tradisi keilmuan di kalangan umat Islam.
Ulama-ulama terdahulu terkenal sebagai orang yang sangat gemar membaca.
Nah, pada libur tahun baru kali ini, tumbuhkanlah kebiasaan membaca.
Banyak bacaan yang bisa jadi rujukan, ada sirah Nabawiyah, Fiqh sunnah,
Fiqh Pergerakan, buku pengembangan diri Islami, dan beberapa novel penuh
inspirasi seperti 99 Cahaya di Langit Eropa, Rinai, dll bisa jadi
pengisi waktu luang kita. Banyak membaca,banyak tahu, banyak berbagi
dengan yang lain.
- Merencanakan target masa depan
Ini adalah tahap lanjutan dari proses muhasabah. Setelah mengevaluasi
diri kita, maka hal yang harus dilakukan adalah merencanakan kehidupan
kita di masa yang akan datang. Rencana ini bisa berupa daftar
mimpi-mimpi selama setahun (beserta cara mencapainya), rencana
perjalanan, pendidikan, maupun karir. Semua perlu direncanakan dengan
baik. Gagal dalam merencanakan sama artinya dengan merencanakan
kegagalan.
Oke, itu tadi tentang fenomena perayaan tahun baru dan bagaimana
sikap kita sebagai umat Islam dalam memaknai pergantian tahun baru kali
ini. Semoga bermanfaat.
Wassalamualaykum wr wrb.
0 komentar:
Posting Komentar